Rabu, 27 Juni 2012

‘Uji Nyali’ Anak Dusun Lai Hiding: Ke Sekolah Bagaikan Terjun ke Arena Sabung Nyawa


 Spirit menuntut ilmu anak-anak pedalaman di Sumba Timur (Sumtim) memang selalu punya kisah unik. Satu diantaranya adalah kisah anak-anak dusun Lai Hiding, Desa Kiritana, Kecamatan Kambera. Anak-anak Lai Hiding, dengan caranya ‘berjibaku’ menentang kerasnya alam desanya untuk bisa ke sekolah. dari desanya jika mau ke Sekolah harus melalui perjuangan layaknya melawan tantangan ‘uji nyali’ dan uji fisik’. Betapa tidak, anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) asal dusun ini, enam hari dalam seminggu, jika hendak ke sekolah harus mengawalinya dengan menyusuri jalan setapak keluar kampung menuju ke tepian sungai yang kadang berarus deras karena banjir. Kalau hujan turun seperti terjadi akhir akhir ini, anak-anak dengan diantar orang tuanya ketepian sungai dengan berpayungkan daun pisang.
Saat berada di tepian sungai inilah, aroma uji nyali bahkan terkesan seperti menyabung nyawa dimulai. Pasalnya, dengan hanya menggunakan sampan kecil, yang maksimal memuat enam orang anak, jarak antara bibir perahu dengan air sungai yang dalam dan deras hanya tinggal setelunjuk orang dewasa. Ancaman perahu terbalik karena benturan kayu yang terbawa banjir juga terjangan arus yang kadang tak menentu selalu mengintai.
Kisah perjuangan itu belum berakhir, saat tiba ditepian, anak-anak pemberani asal Lai Hiding ini harus kembali melalui rute yang cukup ekstrim. Yakni menaklukan lereng terjal hampir 90 derajat. Mungkin sudah terbiasa atau untuk sekedar menghilangkan rasa jenuh, anak-anak justru menaiki tebing yang licin yang didominasi batu kapur putih yang di titiannya pas untuk satu kaki.
Perjuangan itu masih berlanjut, anak-anak yang sebagian besar diantarnya tak beralas kaki, namun tetap berseragam merah putih itu terus menyusuri jalan setapak menuruni bukit yang dipenuhi dengan rerumputan khas padang Sabana.
“Tiap hari kami lewat disini. Naik perahu, lalu mendaki tebing, nanti sebentar lagi kami naik perahu lagi. Memang capai, juga kadang takut jatuh dari tebing atau perahu terbalik. Kalau pulang sekolah juga kami ikut ini jalan,” jelas Apris dan Fany, dua orang anak Lai Hiding, yang duduk di kelas 5 dan 6 SD Bidipraing, kala diajak bercakap-cakap oleh awak media yang turut menyusuri rute yang mereka lalui itu.
Tantangan berikutnya juga harus ditaklukan, yakni mencopot pakaian jika jalur sungai berikutnya yang akan dilalui meluap. Pasalnya luapannya kadang merembet hingga ke kebun dibantaran sungai yang disebut Mondu. Minimal celana harus dicopot dan dijunjung bersama buku agar tak basah. Selanjutnya, sungai yang juga berarus deras dan kental dengan mitos buaya harus disebrangi.
“Dulu memang ada buaya, tapi untunglah belum ada korban anak-anak. Tapi tetap saja ada kami kuatir,” jelas Agustinus, salah seorang pria paruh baya yang setia mengantar anaknya yang masih duduk di kelas dua SD hingga ke seberang sungai.
Pasca sungai terakhir ini ditaklukan, anak-anak Lai Hiding dengan penuh keceriaan akan kembali menyusuri jalan desa menuju sekolah mereka untuk kembali merajut mimpi akan masa depan yang lebih baik.
Asa akan sarana yang jauh lebih baik bagi mereka, ketika hendak menuntut ilmu guna merajut mimpi dan masa depan yang lebih baik, terus mereka pertahankan, walau entah kapan asa itu akan menjadi realita alias tak menjadi asa yang tak kunjung menggapai tepi.


5 komentar:

  1. ini anak mau ke sekolah atau mau latihan beladiri tentara sebenarnya ni :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenyataan yang terjadi disana bgtu udah bro..

      Hapus
  2. pendidikan itu perlu pengorbanan, jangan lihat ini sebagi suatu kesulitan, ttp jadikan semangat untuk anak cucu kita di akan datang, biarlah kita yang merasakan penderitaan ini tetapi jangan sampai ke generasi berikutnya, untuk itu kita harus semangat untuk menjadikan negeri kita lebih berkembang di masa akan datang.

    BalasHapus
  3. pendidikan adalah inventassi masa depan terus dan terus berjuang untuk merahi apa yang anda inginkan susah dan senag adalah bekal untuk masa depan..

    BalasHapus
  4. perlunya perhatian pemerintah setempat untuk pelayanan akses jalan dan fasilitas sekolah untk menaikan mutu pendidikan

    BalasHapus